Obat Selingkuh

Kerap ada yang bertanya, apa pendapat saya tentang laki-laki dan perempuan yang berselingkuh. Saya bilang, biasa saja. Maksud saya, saya tidak takjub dan juga tidak heran secara berlebihan. Biasa saja.
Ketika pasangan saya berselingkuh, saya pernah menangis, menderita dan marah. Saya mengira lelaki saya tersesat dan saya ini sudah lurus. Namun, pelan-pelan saya belajar sesuatu dan mengerti bahwa sejatinya, kami sama-sama tersesat.
Saya dan dia sama-sama kehilangan jalan pulang. Dia tersesat entah kemana. Dan saya? Saya menuhankan dia, menggusur Tuhan dari kursiNya dan mengganti Tuhan dengan pasangan saya. Saya merasa bahwa hilangnya dia akan hilang segala saya. Saya bahkan “lupa berandai-andai”, bagaimana bila sampai saya kehilangan Tuhan. “Bagaimana bila Tuhan meninggalkan saya” tidak pernah sekalipun saya pertanyakan.
“Ia yang menderita (ditinggalkan pasangan) adalah ia yang ketakutan”, kata guru. Saya memeriksa diri secara mendalam agar saya menemukan apa sejatinya yang saya takutkan itu. Dan benar apa yang dikatakan guru.
  1. Saya ketakutan kehilangan pendapatan, saya takut pendapatannya dibagi-bagi…padahal pendapatan hanyalah salah satu saja bentuk dari rejeki..dan rejeki itu bersumber dari Yang Maha Memberi Rejeki. Dia hanya lantaran/jalan saja.
  2. Saya ketakutan kehilangan kekuatan, padahal saya gemar menasehati orang bahwa sumber kekuatan dan sumber dari segala sumber energy adalah Yang Maha Memiliki Kekuatan,
  3. Saya takut hidup sendirian, padahal sejatinya saya tidak pernah sendirian. Ada teman Yang Maha Setia, yang kesetiaannya tidak perlu saya pertanyakan. Yang “telinganya” sanggup mendengar apa saja yang saya ceritakan. Yang uluran tangannya siap saya pegangi setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.
  4. Saya ketakutan kehilangan “seonggok daging” yang juga mengandung daya bebas. Sementara saya suka berceramah bahwa Allah itu Yang Maha Berhak atas saya dan dia.
  5. Saya merasa ketakutan kehilangan teman berhubungan badan. Saya kurang mengerti bahwa sejatinya, cinta dan berhubungan badan adalah dua hal yang berbeda. Love dan making love itu tidak sama. Dan..hidup tidaklah identik dengan sexualitas. Sex hanya sebagian kecil dari kegiatan kehidupan. Sex hanya sedikit saja bagian dari kegiatan cinta dan kecintaan. Masih banyak kegiatan-kegiatn lain yang maha luas yang merupakan manifestasi dari cinta dan kecintaan.
Ketika saya sadari ketakutan-ketakutan yang menggelikan itu, saya mulai bergerak “ke dalam”. Kegiatan ini memberitahu saya cara-cara melihat arah yang jelas kemana saya harus berjalan. Kegiatan ini menuntun saya kembali pulang dari “ketersesatan”.
Sejak hari itu saya tidak pernah takut kehilangan. Termasuk kehilangan pasangan. Saya tidak pernah lelah berbagi tentang penting dan indahnya mencintai tanpa syarat.
Bagi yang malas mengadakan perjalanan ke dalam, ini memang sulit. Saya mengerti dan sangat maklum. Saya pernah mengalami menjadi orang yang malas berpikir. Saya juga pernah malas mengadakan perjalanan ke dalam. Saya pernah mencintai dengan penuh syarat, penuh harapan akan balasan-balasan tertentu, termasuk balasan kesetiaan. Dan hasilnya? Memang penderitaan/ketidakbahagiaan.
Tentang penderitaan akibat mencintai dengan penuh syarat dan tentang indahnya cinta tanpa syarat bisa dihayati pada pertanyaan ini:
“Siapa yang sanggup menyakitimu sehebat itu selain dari orang yang kau cintai dengan penuh syarat?”
Atau pada pernyataan ini:
“Hanya orang yang kau cintai dengan penuh syarat yang punya kesanggupan menyakitimu sehebat yang kamu rasakan”
Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah Yang Maha Kuasa. Terima kasih kepada semua yang menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!


epsilon

0 komentar:

Om swastyastu

Copyright © 2012 SANKARACARYA .