Om Swastyastu,
Bacaan niki titiak ambil saking FP Hindu Bali,
Durus wacen, dumogi wenten manfaat nyane..
Nama orang Bali ini merupakan salah satu keunikan yang ada di Bali dan
hingga saat ini sebagian besar orang Bali masih menggunakannya.
Mungkin Anda yang bukan orang Bali bertanya-tanya; mengapa nama depan orang Bali ada kemiripan satu sama lainya.
Menurut "sastra kanda pat sari", Nama-nama depan khas Bali itu
sejatinya tidak lebih sebagai semacam penanda urutan kelahiran sang
anak, dari pertama hingga keempat, adalah sebagai berikut:
1. Wayan
Anak pertama biasanya diberi awalan “Wayan” diambil dari kata wayahan
yang artinya tertua / lebih tua, yang paling matang. Selain Wayan, nama
depan untuk anak pertama juga kerap kali digunakan Putu atau Gede. Dua
nama ini biasanya digunakan oleh orang Bali di belahan utara dan barat,
sedangkan di Bali Timur dan Selatan cenderung memilih nama Wayan. kata
“Putu” artinya cucu. Sedangkan “Gede” artinya besar / lebih besar. Dan
untuk anak perempuan kadang diberi tambahan kata “Luh” Contoh : I wayan
budi mahendra, Ni Putu Erni Andiani, I Gede Suardika, Ni Luh Putu Santhi
dll
2. Made
"Made" diambil dari kata madya (tengah)
sehingga digunakan sebagai nama depan anak kedua. Di beberapa daerah di
Bali, anak kedua juga kerap diberi nama depan "Nengah" yang juga diambil
dari kata tengah. Ada juga yang menggunakan kata “Kadek” merupakan
serapan dari “adi” yang kemudian menjadi “adek” yang bermakna utama,
atau adik. Contoh: I Kadek Mardika, Ni Made Suasti, Nengah Sukarmi dll
3. Nyoman
Anak ketiga biasanya diberikan nama depan "Nyoman" atau "Komang" yang
konon diambil dari kata nyeman (lebih tawar) yang mengambil perbandingan
kepada lapisan kulit pohon pisang, di mana ada bagian yang selapis
sebelum kulit terluar yang rasanya cukup tawar. Nyoman ini konon berasal
dari serapan “anom + an” yang bermakna muda. Kemudian dalam
perkembangan menjadi komang yang secara etimologis berasal dari kata
uman yang bermakna “sisa” atau “akhir”.
Jadi menurut pandangan hidup
kami, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja. Setalah
beranak tiga, kita disarankan untuk lebih “bijaksana”. Namun zaman
dahulu, obat herbal tradisional kurang efektif untuk mencegah kehamilan,
coitus interruptus tidak layak diandalkan, dan aborsi selalu dipandang
jahat, sehingga sepasang suami istri mungkin saja memiliki lebih dari
tiga anak. Contoh: I Nyoman Indrayudha, Ni Komang Ariyuni dll
4. Ketut
Anak keempat : diawali dengan sebutan “Ketut”, yang merupakan serapan
“ke + tuut” – ngetut yang bermakna mengikuti atau mengekor. Ada juga
yang mengkaitkan dengan kata kuno Kitut yang berarti sebuah pisang kecil
di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak bonus yang
tersayang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit
orang Bali yang bertitel Ketut. Itu sebabnya ada kekhawatiran dari
sementara orang Bali akan punahnya sebutan kesayangan ini. Contoh: I
Ketut Nugraha, Ni Ketut Sudiasih dll
Bila keluarga berancana
gagal, dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak? Di sini ada 2
alternatif yang bisa dipakai orang tua untuk memberi nama depan pada
anak kelima, keenam, dan seterusnya:
Nama depan untuk anak kelima dan seterusnya mengulang kembali nama-nama depan sebelumnya sesuai urutannya.
Ada orang tua yang sengaja menambahkan kata "Balik" setelah nama depan
anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang
keempat.
Contohnya: I Wayan Balik Suandra. Jadi nama depannya
adalah "I Wayan Balik" yang menandakan bahwa dia adalah anak kelima,
atau anak yang lahir setelah putaran 1 sampai 4.
-----
Domogi semeton sami mekayunan antuk nge-share bacaan puniki, mangda semeton sane lianan presida uning
Suksma
Om Santih, Santih, Santih Om
epsilon
0 komentar:
Om swastyastu