Budaya Barat Merusak Moral?


Berpakaian nasional dari budaya bangsa Indonesia
Berpakaian nasional dari budaya bangsa Indonesia
Akhir-akhir ini kita disuguhi oleh pro dan kontra mengenai kontes Miss World, yang oleh beberapa penentangnya –yang dipeolopori oleh oramas-ormas Islam- dikatakan bahwa melalui ajang ini dikuatirkan akan merusak moral bangsa Kita.  Sampai-sampai didepan pagar sebuah SMP dipasang spanduk yang berbunyi “Lindungi Anak-anak Kita dari Budaya Asing” (pen: budaya asing yang mana?) Benarkah demikian? Adakah penelitian sebelumnya yang membuktikan asumsi tersebut?
Ada baiknya ormas-ormas Islam tersebut membaca hasil penelitian yang dilakukan oleh Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University yang melakukan penelitian, tentang negara-negara yang paling islami sedunia.  Laporan ini ditulis kembali oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat, secara lengkap dapat Anda baca di laman berikut ini:
Penelitian tersebut mengikuti 208 negara dan hasilnya cukup mengejutkan, ternyata negara yang paling islami adalah Selandia Baru, kemudian diikuti oleh Luksemburg diurutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim menem-pati urutan ke-140. Negara barat yang dinilai mendekati nilai-nilai Islam adalah Kanada di urutan ke-7, Inggris (8), Australia (9), dan Amerika Serikat (25).
Bagaimana dengan negara-negara yang tergabung di dalam OKI, ternyata hasilnya sungguh mengecewakan, rata-rata berada pada urutan ke-139 dari sebanyak 208 negara yang disurvei.  Dari 56 negara anggota OKI, yang memperoleh nilai tertinggi adalah Malaysia (urutan ke-38), Kuwait (48), Uni Emirat Arab (66), Maroko (119), Arab Saudi (131), Indonesia (140), Pakistan (147), dan terburuk adalah Somalia (206).
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari ajaran dasar Islam yang didasarkan dari Al Quran dan hadis, dikelompokkan menjadi lima aspek. Pertama, ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Kedua, sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan sosial. Ketiga, sistem perundang-undangan dan pemerintahan. Keempat, hak asasi manusia dan hak politik. Kelima, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat non-Muslim.
Kalau saja memang Miss World yang sering digelar di negara-negara barat dapat merusak moral, sudah barang tentu negara-negara tersebut telah rusak akut moralnya di bawah moral negara-negara OKI, kenyataanya tidaklah demikian.

Marilah Kita melihat Bali, yang paling sering digempur oleh kebudayaan Barat yang dibawa oleh para turis.  Di pantai Kuta dapat dengan mudah dilihat para turis tersebut berbikini ria sambil menikmati pantai Bali yang indah, adakah diantaranya Anda pernah melihat penduduk lokal meniru turis tersebut? Setahu saya yang pernah tinggal di Bali cukup lama, tidak pernah melihat penduduk lokal meniru-niru para turis tersebut.  Kebudayaan Bali tetap terjaga apik, mereka sangat bangga dengan kebudayaanya tetapi tidak pernah resisten dengan kebudayaan yang datang dari luar.  Adakah moral orang-orang Bali lebih buruk dari moral orang-rang Jawa atau Sumatera dengan mayoritas Muslim? Jawablah pertanyaan ini dengan jujur, terutama bagai Anda yang pernah tinggal di Bali dan tempat lain untuk pembanding.  Kalau saja moral masyarakat Bali dinilai buruk, sudah barang tentu tidak ada turis domestik atau internasional yang sudi datang kesana, bahkan berkali-kali.

Jepang pun demikian yang kini masih memegang teguh kebudayaannya tanpa perlu alergi dengan kebudayaan yang datang dari luar, sehingga memperkaya kebudayaan Jepang itu senditri.  Miss World pun beberapa kali diadakan disana.

Lalu bagaimana dengan Kita yang tinggal di Jawa/Sunda dengan mayoristas Muslim.  Sungguh sangat saya sesalkan kebudayaan Jawa/Sunda semakin hari semakin ditinggal.  Jarang kita melihat lagi wanita-wanita Jawa/Sunda yang berkonde dan berkebaya dengan kemben yang apik.  Pada tahun sebelum 1980 an Kita masih banyak melihat Ibu-ibu guru memakai kemben dan kebaya bila mengajar di sekolah.  Saya masih ingat diajar oleh Ibu Guru yang berkonde dan berkemben, tetapi disiplinnya bukan main, serta tidak mata duitan.
Tapi sekarang Kita telah dibutakan dengan menganggap Islam adalah Arab dan Arab adalah Islam, kapan kah Kita mulai sadar dan dapat memisahkan antara keduanya? Sehingga tidak ada lagi pertunjukkan wayang yang dibubarkan oleh segerombolan orang berpakaian dengan gaya Arab (bersorban dan berjubah) dan penghancuran patung-patung wayang oleh gerombolan yang sama.

epsilon

0 komentar:

Om swastyastu

Copyright © 2012 SANKARACARYA .