Penguatan nilai rupiah bukan karena Jokowi


Ekonom Aviliani memandang penguatan rupiah paska pemilu mendatang, bukan semata karena faktor bila Joko Widodo alias Jokowi menjadi Presiden. 

"Bukan, bukan karena itu (Jokowi). Mendekati pemilu rupiah memang cenderungnya turun. Kalau nanti sudah pasti siapapun presidennya, (rupiah) cenderung menguat," kata Aviliani di Jakarta, Rabu (12/2/2014). 

Lebih lanjut, Aviliani mengatakan penguatan rupiah lebih akan terjadi karena ada aliran likuiditas yang masuk ke Indonesia. Ia pun memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada pada posisi Rp 11.000 sampai Rp 12.000 per dollar AS hingga akhir tahun ini.

"Tapering kan sudah jelas, tapi rupiah bergerak di Rp 11.000 sampai Rp 12.000 per dollar AS. Kalau di bawah Rp 10.000 tidak lah," ungkap dia. 

Masyarakat dan investor, lanjutnya, sudah mengetahui siapa kandidat yang akan menjadi presiden Oktober nanti. Di samping itu, arah ekonomi Indonesia juga tidak akan berubah signifikan dari kondisi yang terjadi saat ini. 

"Sekarang ini tergantung investornya. Karena di Indonesia, demand (permintaan) domestik kan masih bagus. Jadi investor tetap akan mau masuk," ujar Aviliani. 

0 komentar:

Om swastyastu

Copyright © 2012 SANKARACARYA .