CERPEN
ARTI PERSAHABATAN
Suatu sore di kamar sebuah rumah kos
yang tenang. Seorang anak perempuan sedang belajar dengan tenang.
Ibu Kos: (Mengetuk pintu)
“Assalamu’alaikum”
Frinda: “Waalaikumsalam (Membuka
pintu) Oh, ibu kos, ada apa bu?”
Ibu Kos: “Begini Frinda, maaf ibu
mengganggu. Tapi, sudah 2 bulan kamu tidak membayar kos.”
Frinda: “Oh, maafkan saya bu, saya
belum ada uang. Nanti, kalau saya sudah ada cukup uang insyaa allah saya akan
membayarnya bu”
Ibu Kos:”Baiklah Frinda, saya akan
kasih kamu waktu 2 bulan lagi untuk melunasi pembayaran kos ini. Kalau tidak
ya, terpaksa kamu harus keluar dari kosan ibu”
Frinda:”Terima kasih banyak bu, saya
akan berusaha untuk mengumpulkan uang”
Ibu Kos:”Iya, kalau begitu, saya
permisi dulu”
Frinda:” Silahkan, Bu”
Keesokan harinya di sekolah. Frinda
masuk ke dalam kelas dengan wajah terlihat sedih
Frinda: (Menghempaskan badannya ke
tempat duduknya)
Anggi: “Kamu kenapa, Frinda? Kok
kelihatannya sedih begitu?”
Dito: “Iya, kamu kenapa Frinda?
Cerita dong sama kita”
Frinda: “Begini teman teman, tadi
sore ibu kos ku menagih pembayaran kos yang belum aku bayar selama 2 bulan.
Sedangkan, aku belum ada uang untuk melunasinya. Orang tua ku sudah tidak ada,
aku harus bagaimana teman teman?”
Gina “Sudah, jangan sedih, Frinda
kami pasti akan membantumu, tenang saja”
Heda: “Iya, kamu pasti akan membantu
kamu kok”
Frinda: “Tidak teman teman, ini
terlalu merepotkan kalian”
Bel masuk berbunyi, Pak Rio masuk ke
dalam kelas dan memulai pelajaran
Pak Rio: “Anak anak, silahkan
dipimpin berdoa terlebih dahulu”
Dito: “Sebelum kita mulai pelajaran
kita hari ini, mari kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa, mulai” (Semua berdoa
bersama sama) “Berdoa selesai”
Pak Rio: “Mari kita mulai pelajaran
Bahasa Indonesia. Siapa yang sudah membuat pantun?”
Siswa: “Saya, pak!” (Mengacungkan
jari)
Pak Rio: “Ya, Anggi silahkan maju
kedepan dan baca pantun kamu”
Anggi: “Baik, pak! (Maju kedepan dan
membacakan pantun)
Anak kecil pakai sarung
Sarungnya kotor kena jamu
Jangan sedih jangan murung
Kami disini tuk menghiburmu
(Semua bertepuk tangan)
Pak Rio: “Yak, bagus sekali Anggi.
Silahkan duduk. Heda, coba bacakan pantunmu di depan kelas!”
Heda: “Baik, pak!” (Maju kedepan dan
membaca puisi)
Bulan hanya ada satu
Gerakannya hanya semu
Jika kita bisa bantu
Kita kan lakukan hanya untukmu
Pak Rio: “Kalian memang hebat.
Terima kasih Heda, silahkan duduk. Mari kita lanjutkan pelajaran kita hari ini,
buka buku cetak halaman 252”
Sepulang sekolah. Frinda, Heda,
Dito, Gina dan Anggi, berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Frinda masih
sedih memikirkan urusan kos nya
Anggi: “Sudahlah Frinda, jangan
bersedih lagi. Kami kan sudah berjanji kepada kamu, kalau kami akan membantu
kamu.”
Gina: “Iya, Frinda, kita kan sahabat
kamu. Jadi, kalau kamu kesusahan, kita juga harus bantu kamu dong! Iya nggak,
Da? (Menyenggol Heda yang dari tadi memegang handphone)
Heda: “Eh eh iya iya. Gina apa apaan
sih, sms ku kan jadi salah kirim”
Dito: “Salah sendiri kamu main HP
terus. Hahaha”
Anggi: “Sudah sudah, jangan
bertengkar ah”
Frinda: “Iya nih, kalian ini, bikin
malu aja. Ayo kita pulang”
Sahabat sahabat Frinda : “Yuk yuk”
Mereka pun pulang dengan penuh
canda. Frinda akhirnya sudah bisa melupakan kesedihannya berkat sahabat sahabat
nya. Keesokan harinya di sekolah, Frinda dikejutkan sahabat sahabat mereka
dengan hal yang sangat istimewa.
Heda: “Selamat ulang tahun Frinda!”
Dito: “Selamat tambah tua Frinda.
Hahaha”
Anggi: “Selamat ulang tahun
sahabatku sayaang” (Sambil mencubit Frinda)
Gina: “Selamat ulang tahun sahabatku
yang paling imuut” (Memeluk Frinda)
Frinda: “Terima kasih teman teman,
kalian baik sekali”
Heda: “Oh iya, ini ada hadiah buat
kamu dari kita berempat dan Pak Rio juga lo” (Menyerahkan amplop coklat untuk
Frinda)
Frinda: “Loh, apa ini ? Pak Rio ikut
juga?”
Gina: “Iya, Pak Rio ikut juga loh”
Anggi: “Buka deh”
Frinda: “Lo? Isinya uang? Banyak
sekali? Untuk apa uang ini ?”
Dito: “Kita mengumpulkan uang ini
untuk kamu membayar kos, Frinda”
Anggi: “Iya, benar sekali Frinda”
Gina: “Kemarin Pak Rio heran mengapa
kamu yang biasanya cerewet sekali jadi diam seperti itu. Jadi, dia bertanya
kepada kita, dan kita menceritak semua”
Pak Rio: “Iya Frinda, saya kasihan
dengan kamu, jadi saya ikut membantu kamu juga” (Tiba-tiba masuk ke kelas”
Heda: “Yap, benar sekali Frinda. Pak
Rio baik kan? Hahaha. Kemarin kita berempat dan Pak Rio mengumpulkan uang yang
kita punya untuk membantu melunasi pembayaran kos kosan itu. Alhamdulillah
uangnya cukup”
Frinda: “Terima kasih sekali teman
teman. Kalian baik sekali. Pak Rio, terima kasih juga ya, Pak, sudah membantu
saya.”
Pak Rio: “Iya, sama sama Frinda”
Akhirnya, Frinda, Gina, dan Anggi
saling berpelukan. Heda dan Dito hanya tertawa melihat teman teman mereka.
epsilon
0 komentar:
Om swastyastu